Santri Al-Qodiri
Mereka berdua bernama Bagus dan Anam, dua bocah asal Tangerang yang baru saja lulus dari sekolah dasar dan sedang tumbuh menjadi remaja.
Foto : SAFIR (Al-Qodiri)
|
Mereka berdua bernama Bagus dan Anam, dua bocah asal Tangerang yang baru saja lulus dari sekolah dasar dan sedang tumbuh menjadi remaja.
Mereka berdua baru saja dikirim oleh orang tuanya untuk merantau dan belajar di sebuah pondok pesantren di daerah Jember, Jawa Timur sekitar 3 bulan yang lalu.
Bagus dan Anam adalah sepasang sahabat yang tidak pernah ingin untuk melewatkan hari-harinya sendirian.
Selama tinggal di pesantren, mereka berdua selalu berangkat sekolah bersama-sama, belajar bersama, jalan-jalan bersama, makan bersama, tidur bersama, sampai mandi pun kadang juga bersama he he, hingga kemana-mana pun mereka juga pasti bersama.
Persahabatan mereka berdua bagaikan buku tulis dan pena yang tak ingin berpisah, saling melengkapi dan saling membutuhkan.
Mereka sungguh tak terpisahkan. Kalau Bagus sedang tidak ada, Anam pasti kebingungan mencari Bagus. Begitupun sebaliknya.
Di saat bulan-bulan seperti ini, yang mana dalam kalender islam menunjukkan bahwa bulan Maulid akan segera tiba, maka waktu untuk liburan di pesantren tempat mereka belajar pun telah dekat di depan mata.
Saat ini, para santri tengah sibuk-sibuknya untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mereka butuhkan demi pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Sedangkan, para pengurus pesantren pun juga tak kalah sibuknya mempersiapkan kebutuhan administrasi kepulangan untuk para santri-santrinya.
Di waktu yang hampir senja ini, Bagus dan Anam tampak sedang duduk bersebelahan di sekitar taman yang berada di depan gedung Madrasah tempat mereka belajar sehari-hari.
Seakan telah menyatu hati dan pikiran keduanya, mereka sama-sama sedang berangan-angan dan teringat akan kampung halamannya.
Pikiran keduanya sama-sama sedang teringat akan keluarga yang telah mereka tinggalkan sekitar 3 bulan yang lalu.
Hal itu tergambar jelas pada sorotan mata keduanya yang sedang menerawang jauh ke atas memperhatikan suasana langit dan awan.
Seketika itu, bergumamlah Bagus dalam hatinya.
"Ah, aku sudah tak sabar lagi ingin liburan pesantren agar cepat tiba". gumam bagus.
Tampaknya Bagus sudah merasa sangat rindu dengan Bapak dan Ibu di kampung halamannya.
Namun, semangatnya dalam menimba ilmu di pesantren, membuatnya rela harus jauh dari orang tua dan keluarganya. Hingga ia masih dapat bersabar dan bertahan di pesantren hingga detik ini.
Sedangkan Anam, dalam hatinya juga sedang bergumam tentang hal yang sama seperti halnya Bagus yang sat ini sedang berada di sebelahnya.
"Hem, sudah gak sabar nih liburan pondoknya. Mudah-mudahan keluarga sehat semua di rumah". tutur Anam dalam hatinya.
Anam seakan merasakan hal yang sama seperti bagus akan kerinduannya kepada Bapak dan Ibunya.
Apa lagi, Anam juga pernah curhat kepada teman sekamarnya jika ia sudah begitu rindu berat dengan adiknya yang masih sangat bayi yang belum pernah ia temui sama sekali sampai saat ini. Adiknya lahir ketika dia masih baru saja merantau untuk belajar di pesantren saat itu.
Di saat seperti itu, tiba-tiba, Bagus dan Anam teringat tentang lagu nasyid yang sedang masyhur dan trending di lingkungan pesantren tempat mereka belajar saat ini.
Lagu tersebutlah yang selalu memotivasi keduanya dan juga para santri lain supaya mereka tetap sabar dan yakin bahwa apa yang mereka jalani saat ini untuk merantau dan menimba ilmu merupakan sebuah jalan terbaik nan indah.
Sehingga, mereka pun dapat meraih kesuksesan dan mimpi-mimpinya di suatu hari nanti.
Sambil menikmati detik-detik senja, Anam seakan memberikan isyarat kepada Bagus untuk mengajaknya berdendang bersama.
"Ssst, hayyan nughonni ma'an" ajaknya Anam kepada Bagus dengan menggunakan bahasa sehari-harinya di pesantren, yaitu bahasa Arab.
"Thayyib, hayan hayan. Wahed, itsnein, tsalatsah ..." hitungan mundur 3-2-1 dengan bahasa Arab, seakan memberi isyarat jika Bagus mengiyakan ajakan sahabat karibnya itu.
Dan inilah lagu yang sedang mereka dendangkan saat ini:
Jika antum ingin dengar lagunya, klik link berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=oYrud6nXvp4
Dan inilah liriknya :
"SAFIR (Merantaulah)
Bermimpilah gantungkan cita-citamu setinggi langit
Yakinilah Allah akan mewujudkan mimpimu
Segeralah jangan kau sia-siakan masa mudamu
Dan sambutlah masa depan dengan penuh harapan
Jangan ragu jika kau harus meninggalkan orang terdekatmu
Bergegaslah berhijrah
Untuk menggapai, cita-cita indah
Behijrah jangan berdiam diri
Bergegaslah untuk menggapai mimpi
Jangan menyerah teruslah berusaha
Janganlah engkau untuk berputus asa
Bila kita yakini ini semua akan terjadi
Semua mimpi indah akan menjadi mudah
Bila kita berusaha untuk meraihnya
Kita akan dapat semua yang kita inginkan
Reff:
Merantaulah
Kelak kau dapat pengganti siapapun yang telah kau tinggalkan
Sesungguhnya kenikmatan hidup
Akan didapat jika kau berusaha dalam menjalaninya
Safir tajidi wadon amman tufariquhu
Wanshob, fainnal ladzinal 'aisyi finnashobi
Safir ....
"Thayyib akhi, idzhabu ilal masjid. Syari'an !" teriakan dari Mas'ul atau pengurus asrama, seketika itu langsung mengakhiri lagu yang sedang mereka dendangkan.
"Thayyib akhi, idzhabu ilal masjid. Syari'an !" teriakan dari Mas'ul atau pengurus asrama, seketika itu langsung mengakhiri lagu yang sedang mereka dendangkan.
Dengan spontan, Bagus dan Anam langsung bergegas pergi dari taman pesantren itu.
Tampaknya, mas'ul sedang mengontrol para santri dan menyuruh mereka agar segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke masjid, karena adzan maghrib sebentar lagi berkumandang.
Cerita Oleh : Fuad Hasan
Cerpen di atas terinspirasi dari kehidupan nyata di lingkungan sebuah Pesantren di daerah Jember, Jawa Timur yang bernama 'PP. Al-Qodiri 1 Jember'
Cerpen di atas terinspirasi dari kehidupan nyata di lingkungan sebuah Pesantren di daerah Jember, Jawa Timur yang bernama 'PP. Al-Qodiri 1 Jember'
Foto : Al-Qodiri |
0 Komentar