Iklan Air Mineral Al-Qodiri

header ads

Santri Al-Qodiri dan Mangga Milik Kyai Muzakki (Cerpen Karya Santri)

Sebuah cerita nyata yang baru saja aku alami di pagi hari tadi. Cerita yang sangat inspiratif dan mudah-mudahan berkah bagi para pembacanya, amin! baiklah, silahkan nikmati cerita uniknya sampai habis. :-) 
==============

(Al-Qodiri)

Gemuruh langkah para santri Pondok Pesantren Al-Qodiri 1 Jember berderup menggetarkan asrama Wali Songo pagi itu ketika mentari sedang bersemangat menampakkan sinar terangnya. 

Gerombolan para mujahid-mujahid muda yang berseragam putih dan hitam tampak  sedang berurutan dan bergantian untuk menuruni tangga dari lantai dua menuju lantai satu, mereka para santri senior kelas 2 sampai kelas 3.

Sedangkan, para santri junior kelas 1 tampak tetap melakukan aktifitasnya di lantai dua untuk persiapan berangkat ke madrasah, karena lantai satu memang tempat bagi santri baru. Pemandangan seperti itu kerap kali aku jumpai setiap harinya setelah para santri selesai melaksanakan kegiatan sholat dhuha berjamaah.

Ku perhatikan terus aktifitas para mujahid-mujahid muda pagi itu dari teras asrama, pojok bawah tangga tepatnya. 

Sambil menikmati udara segar di pagi hari, ku dengar kicauan dan nyanyian burung-burung yang sangat merdu dan semakin memanjakan suasana pagi hari. Hingga membuatku semakin betah untuk tetap terus mendongakkan kepalaku ke atas sambil memejamkan mata.

Ku tarik nafasku dalam-dalam dan sungguh hanya kedamaian yang ku rasakan. 

Hangatnya sinar mentari, udara segar di pagi hari, nyanyian burung-burung sekitar sini dan gemuruh langkah para santri unggulan Al-Qodiri sungguh adalah sebuah kombinasi alam layaknya suasana surgawi dan memang sangat patut untuk ku syukuri. Hingga suasana surgawi itu, tanpa aku sadari seperti telah membawaku ke uthopia lain dalam anganku.

"Ustadz, ustadz .." Sebuah panggilan lirih dari wajah mungil menyadarkanku untuk segera keluar dari bayangan uthopia-ku saat itu.

Sesosok santri mungil telah berada dihadapanku. Ternyata dia Kholis, santri junior kelas 1.

"Madza akhi ?" Ku tanggapi panggilannya dengan menggunakan bahasa Arab, karena memang hari itu bertepatan dengan hari berbahasa Arab di pesantren kami, tepatnya di Madrasah Unggulan Al-Qodiri 1 Jember.

"Wajadtu manja" tuturnya Kholis kepadaku. Dia ternyata habis menemukan mangga di sekitar halaman asrama.

Di halaman asrama Wali Songo, atau asrama untuk santri unggulan putra memang penuh dengan pohon mangga. Dan pohon mangga itu semuanya milik Kyai kami, Romo Kyai Muzakki, begitu kami memanggil beliau.

"Oh, na'am akhi. Syukron katsir" dengan senyum lebar aku menerima mangga temuan Kholis tadi yang diberikan kepadaku.

"Na'am, hanifan wadjadtu ana amamal matiqoh hunnak" 
"Aiwah, syukron akhi"
"afwan ustadz"

Sosok Kholis (Al-Qodiri)
Tak henti-hentinya aku tersenyum sendirian setelah Kholis memberikan mangga temuanya itu kepadaku. Rasa senang bercampur bahagia seakan menyelimuti perasaan hati.

Bukan maksud ku merasa senang karena aku bisa mendapat mangga gratis untuk aku makan hari ini, bukan.

Bagaimana aku bisa memakan mangganya jika mangga itu bukan berasal dari pohon mangga milikku sendiri, melainkan pohon mangga milik guru kami, yakni beliau Romo Kyai Muzakki. Aku pasti sama sekali tidak punya hak untuk memakannya.

Namun perasaan senang dan bahagia yang aku rasakan saat ini adalah dari sikap ta'dzim dan sikap mulya dari Kholis, santri yang menemukan dan memberikan mangga temuannya tadi kepadaku. 

Kenapa aku bisa menyebutnya dengan sikap mulia? Ya, aku bisa menyebutnya dengan sikap mulia atau bahkan sikap terpuji yang sangat jarang dan langka untuk ditemui di zaman seperti sekarang ini. 

Sebuah sikap ta'dzim dan sikap mulia yang bisa aku simpulkan dari Kholis tadi ialah karena dia mampu untuk menahan diri akan lezatnya mangga temuan yang sudah sangat masak dan siap untuk disantap ria. 

Dan sebuah hal yang sangat luar biasa jika anak seumuran kholis yang masih sangat belia mampu menahan diri untuk tidak memakan mangga yang lezat tadi. 

Dari situ, aku yakin jika di dalam hatinya telah tertanam sebuah didikan, doktrin dan nasehat-nasehat dari para ketua kamar, mas'ul, mudabbir dan para asatidz di pesantren Al-Qodiri. 

Yaitu sebuah doktrin dan nasehat tentang untuk tidak mengambil, memiliki dan memakan buah milik orang lain yang bukan sama sekali milik kita. Bahkan, ketika buah itu sudah jatuh dan membusuk sekalipun, kecuali jika si pemilik telah mengizinkannya.

"jangan ya dek, jangan dimakan! Pokoknya, meskipun mangga-mangganya sudah jatuh atau busuk sekalipun dah, tetep ya, jangan dimakan! Itu pohon mangga di sekitar pesantren semuanya milik kyai, bukan milik kita. Meskipun pohonnya ada di depan asrama kita, tapi semuanya milik kyai. Nah, lebih baiknya jika misalnya kalian nemu mangga yang jatuh milik Romo Kyai Muzakki, kalian ambil kemudian kasihkan ke keluarga dhalem / Keluarga Romo Kyai. Nah, kalau misalnya dari keluarga dhalem sudah menyuruh kalian untuk memakan mangganya, baru itu tidak masalah. Paham ya dek.."

Itulah doktrin dan kata-kata bijak yang sering para pimpinan di Madrasah Unggulan Al-Qodiri Jember ajarkan kepada para santri-santrinya. Dan hasilnya memang luar biasa. Kata-kata tersebut bahkan telah mampu mengubah karakter santri baru menjadi karakter yang lebih ta'dzim kepada guru dan bersikap jujur serta berakhlak mulia. 

Lebih-lebih untuk santri yang sudah senior, tentunya mereka sudah sangat paham akan hal itu.

Setelah menerima mangga temuan dari Kholis tadi, segera aku serahkan mangga itu kepada salah satu keluarga dhalem yang ikut menetap di asrama Wali Songo, yaitu keponakan dari Romo Kyai Muzakki, beliau Gus Rizal, seperti itu kami biasa memanggilnya.

Namun, karena beliau tidak ada di kamarnya waktu itu, maka aku sudah paham di mana aku harus meletakkannya. Ya, di depan kamar beliau. Karena Gus Rizal biasanya menyuruhnya untuk ditaruh di atas meja depan kamar beliau.

Setelah menaruhnya, ku perhatikan mangga tersebut yang telah terkumpul dengan mangga-mangga temuan lainnya. Hingga aku putuskan untuk mem-photo dan mendokumentasikannya di samartphone ku (Silahkan lihat photo mangga-mangganya di atas). 

Dan akhirnya, aku putuskan untuk mengabadikan momen di pagi hari itu bersama mangga-mangga temuan yang lezat itu dalam sebuah cerpen sederhana yang akan segera aku tulis pada saat itu, dan yang sedang kalian baca saat ini ;-).

Dan, ya, aku hanya dapat menceritakan saja mangga-mangga lezat itu tanpa aku harus bisa memakannya. Padahal dalam hatiku ini sebenarnya ingin sekali menikmatinya. Tapi sabar, ini ujian, ini cobaan dan harus bisa menahannya he he.

==============

Kholis adalah salah satu contoh dari sekian banyak cerita tentang hal tersebut di asrama Wali Songo. Sebenarnya banyak sekali cerita-cerita menarik lainnya tentang mangga temuan seperti itu di lingkunganku. Namun, jika aku ceritakan semuanya rasanya sungguh tidak mungkin. Jadi, cukup aku ambil cerita dari salah satu santri junior yang bernama Kholis ini saja yang aku temui tadi pagi. 

Semoga cerita pendek ini membawa berkah dan inspirasi untuk berbuat hal baik dari para pembacanya, amin !

Oleh : Fuad Hasan

Posting Komentar

0 Komentar